Keputusan penghentian fitur TikTok Live Shopping kembali menjadi sorotan epictoto publik. Banyak pengguna, pedagang online, hingga pelaku UMKM di Indonesia merasa terpukul dengan kebijakan ini. Pasalnya, live streaming di TikTok bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi ladang penghasilan dan salah satu strategi pemasaran paling efektif dalam beberapa tahun terakhir.
Dampak Besar Bagi Pedagang Online
Sejak hadir di Indonesia, TikTok Live Shopping memberikan ruang bagi para pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk memperkenalkan produk mereka secara langsung. Pedagang bisa berinteraksi dengan calon pembeli, menjawab pertanyaan secara real-time, sekaligus memberikan promo khusus saat siaran berlangsung.
Banyak penjual kecil yang awalnya hanya berjualan di pasar tradisional kini mampu memperluas jangkauan hingga ke seluruh pelosok negeri berkat fitur live. Namun, setelah fitur dimatikan, banyak dari mereka mengaku penjualan menurun drastis. Tidak sedikit pula yang merasa kehilangan panggung utama untuk memasarkan produknya.
Reaksi Pedagang dan Konten Kreator
Para konten kreator yang sebelumnya mendapatkan penghasilan dari komisi penjualan juga menjerit dengan kebijakan ini. Mereka kehilangan sumber pendapatan yang sudah dibangun dengan susah payah.
baca juga: 7-rekomendasi-drama-china-romantis-modern-terbaru-2025-yang-bikin-baper
Beberapa pedagang bahkan mengungkapkan bahwa penutupan Live TikTok ini membuat omzet mereka turun hingga lebih dari 70%. Seorang penjual pakaian rumahan mengaku, sebelum fitur dimatikan, ia bisa menjual ratusan potong baju dalam satu malam. Kini, penjualan hanya tersisa belasan saja.
“Kami merasa seperti kehilangan lapak dagang utama. Kalau di pasar bisa sepi pembeli, di TikTok Live sebelumnya selalu ramai. Sekarang harus mulai dari nol lagi,” keluh salah satu pedagang.
Alasan Pemerintah dan Pihak Terkait
Penghentian Live TikTok tidak terjadi begitu saja. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebelumnya menyoroti praktik bisnis platform digital yang dianggap mematikan UMKM lokal dan pasar tradisional. TikTok dinilai menggabungkan media sosial dan e-commerce dalam satu wadah sehingga menciptakan persaingan tidak sehat.
Namun, bagi para pedagang yang sudah terbiasa dengan sistem ini, kebijakan tersebut dirasa terlalu mendadak. Mereka menilai seharusnya ada solusi bersama, bukan pemutusan total yang justru membuat ribuan orang kehilangan penghasilan.
Konsumen Juga Ikut Menjerit
Bukan hanya penjual, para pembeli setia Live TikTok juga merasa dirugikan. Banyak dari mereka yang terbiasa mendapatkan harga promo, bonus gratis ongkir, hingga interaksi seru dengan penjual saat siaran berlangsung. Kini, mereka hanya bisa melihat katalog produk tanpa adanya pengalaman belanja interaktif yang sudah menjadi kebiasaan.
“Kalau belanja di Live rasanya lebih asyik, bisa tanya langsung ke penjual. Sekarang jadi seperti belanja biasa, kurang greget,” ujar salah satu pengguna setia TikTok.
Masa Depan Live Shopping di Indonesia
Meski fitur ini sudah dimatikan, banyak pihak berharap adanya titik temu antara pemerintah, pelaku usaha, dan platform digital. Live shopping terbukti menjadi tren masa depan yang tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru di sektor digital.
Jika tidak ada solusi yang adil, bukan tidak mungkin para pedagang akan beralih ke platform lain atau kembali ke sistem lama yang jauh lebih terbatas. Padahal, transformasi digital UMKM seharusnya terus didorong agar daya saing produk lokal semakin kuat.
Penutup
Fenomena “Live TikTok dimatikan” bukan hanya soal hilangnya fitur, tetapi juga menyangkut keberlangsungan hidup jutaan pedagang kecil, kreator konten, hingga konsumen yang sudah terbiasa dengan cara belanja baru ini. Pemerintah dan platform perlu menemukan jalan tengah agar inovasi digital tetap bisa berkembang tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat.
sumber artikel: www.ststradingdesk.com