Rio de Janeiro, Brasil – Pertemuan puncak negara-negara BRICS 2025 yang digelar pttogel di Brasil mencatat kejutan besar dengan absennya dua pemimpin utama dari blok tersebut: Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Keduanya, yang selama ini menjadi figur sentral dalam dinamika geopolitik BRICS, tidak hadir secara fisik dalam forum yang dianggap penting untuk masa depan tatanan dunia multipolar ini.

Absennya Xi Jinping menjadi sorotan tersendiri. Ini adalah kali pertama sejak menjabat sebagai Presiden Tiongkok pada 2012, Xi tidak menghadiri KTT BRICS secara langsung. Sementara Vladimir Putin, yang masih menghadapi tekanan hukum internasional terkait surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), hanya berpartisipasi secara virtual.

Ketidakhadiran Xi Jinping: Tanda Tanya Besar

Pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa Xi Jinping tidak dapat menghadiri KTT karena konflik jadwal, dan posisinya digantikan oleh Perdana Menteri Li Qiang. Meskipun alasan resmi menyebutkan hal yang teknis, banyak pengamat internasional mempertanyakan makna di balik absennya Xi dalam forum sebesar BRICS.

Beberapa analis meyakini bahwa ketidakhadiran ini mencerminkan kemungkinan dinamika politik dalam negeri Tiongkok yang sedang tidak stabil. Isu ekonomi domestik, ketegangan internal Partai Komunis, serta tekanan dari luar negeri terhadap posisi global Tiongkok bisa menjadi faktor penyerta yang membuat Xi memutuskan untuk tidak hadir secara langsung.

Selain itu, ada juga spekulasi bahwa Tiongkok ingin mengambil pendekatan lebih hati-hati terhadap keterlibatan dalam forum internasional, mengingat sensitivitas geopolitik yang meningkat antara blok Barat dan BRICS.

baca juga: guru-dan-kepala-sekolah-rakyat-akan-dibekali-digitalisasi-administrasi-langkah-maju-menuju-pendidikan-modern

Vladimir Putin Hadir Secara Virtual

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memilih untuk bergabung dalam KTT melalui sambungan video. Hal ini bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat status hukum internasionalnya saat ini yang membuat kunjungan langsung ke negara anggota ICC, seperti Brasil, berpotensi memicu krisis diplomatik.

Meski tidak hadir secara fisik, Putin tetap menyampaikan pandangannya mengenai peran BRICS dalam menciptakan dunia multipolar yang lebih adil dan menentang dominasi hegemoni Barat. Dalam pidatonya, ia menyerukan peningkatan kerja sama ekonomi, keuangan, dan teknologi antara negara-negara anggota, serta memperkuat inisiatif BRICS untuk menciptakan sistem pembayaran alternatif yang mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Putin juga menekankan bahwa BRICS harus tetap menjadi kekuatan yang memperjuangkan keadilan global dan tidak tunduk pada tekanan dari negara-negara Barat.

Dinamika Baru dalam Kepemimpinan BRICS

Dengan absennya dua pemimpin paling berpengaruh dalam BRICS, pertemuan tahun ini membuka ruang lebih besar bagi negara-negara lain seperti Brasil, India, dan Afrika Selatan untuk tampil lebih menonjol. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, sebagai tuan rumah, memimpin jalannya KTT dengan fokus pada isu-isu pembangunan berkelanjutan, pengurangan kesenjangan global, dan reformasi institusi keuangan internasional.

Perdana Menteri India Narendra Modi juga mencuri perhatian dengan menyampaikan pidato yang menyoroti pentingnya inovasi teknologi, ketahanan pangan, dan kerja sama energi bersih di antara negara-negara berkembang. Modi juga mendorong pembentukan pusat riset BRICS untuk kecerdasan buatan dan teknologi masa depan, sebagai langkah strategis menghadapi revolusi industri 5.0.

Isu-Isu Strategis dalam Agenda BRICS 2025

Pertemuan tahun ini difokuskan pada beberapa isu utama, antara lain:

  • Penguatan kerja sama ekonomi untuk mendorong perdagangan antarnegara BRICS.

  • Percepatan transisi energi hijau dan pengurangan ketergantungan pada energi fosil.

  • Pengembangan sistem pembayaran digital yang bersifat multipolar, bebas dari dominasi SWIFT.

  • Pendekatan bersama terhadap isu konflik global, termasuk sikap terhadap konflik di Ukraina dan Palestina.

  • Perluasan keanggotaan BRICS, yang telah bertambah dari lima menjadi sebelas negara, dengan negara-negara seperti Mesir, Ethiopia, dan Arab Saudi sebagai anggota baru.

Namun, absennya Xi dan Putin membuat pengambilan keputusan strategis menjadi kurang solid. Banyak pengamat menilai bahwa hasil KTT kali ini mungkin akan bersifat simbolis, dengan deklarasi bersama yang kurang tajam dalam substansi karena tidak adanya konsensus penuh dari seluruh pemimpin utama.

Implikasi Terhadap Masa Depan BRICS

Ketiadaan dua tokoh besar BRICS dalam forum tahunan ini bisa menjadi titik balik. Di satu sisi, ini menunjukkan keretakan yang mungkin terjadi dalam blok tersebut. Di sisi lain, ini juga bisa menjadi peluang bagi negara-negara anggota lainnya untuk menyeimbangkan pengaruh dan mendorong arah BRICS yang lebih kolektif.

Absennya Xi Jinping dan partisipasi virtual Vladimir Putin juga menjadi pertanda bahwa BRICS sedang memasuki fase baru: dari aliansi yang terkesan elit dan dikendalikan segelintir negara, menjadi forum terbuka yang harus beradaptasi dengan tantangan geopolitik modern.

Pergeseran ini menjadi penting, apalagi di tengah upaya negara-negara BRICS untuk mendefinisikan ulang tatanan dunia internasional, menantang dominasi negara-negara G7, dan membentuk kerangka kerja baru yang lebih inklusif dan adil.

Penutup

KTT BRICS 2025 di Brasil menjadi ajang yang penuh makna dan simbolisme. Ketidakhadiran Xi Jinping dan Vladimir Putin menimbulkan tanda tanya besar tentang arah kebijakan luar negeri kedua negara dan stabilitas internal aliansi BRICS. Namun demikian, forum ini tetap berjalan dengan membawa gagasan baru dan semangat kerja sama dari negara-negara berkembang.

Tantangan ke depan bagi BRICS adalah menjaga kesatuan dalam keberagaman, serta menjadikan forum ini lebih dari sekadar simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat, tetapi menjadi wadah nyata bagi kolaborasi dan pembangunan global yang berkeadilan.

sumber artikel: www.ststradingdesk.com

More From Author